Translate

Rabu, 30 April 2014

Carbohydrate Analysis




BAB III
ANALISIS KUANTITATIF KARBOHIDRAT

A. Pre-lab

1.Bagaimana prinsip penetapan kadar gula total dengan metode anthrone?
  
   Yaitu melalui proses hidrolisa karbohidrat menggunakan asam kuat pekat (asam sulfat) menghasilkan monosakarida. Monosakarida akan mengalami dehidrasi oleh asam sulfat menjadi furfural atau hidroksi metil furfural. Selanjutnya senyawa furfural oleh pereaksi Anthrone (9,10-dihidro-9-oksoantrasena) 0,1% membentuk senyawaan kompleks erwarna biru kehijauan (positif mengandung kadar gula) (Sudarmadji, 2010).

2.Apa perbedaan antara kadar gula pereduksi dengan kadar gula total?

Kadar gula pereduksi (reducing sugar) adalah jumlah kadar gula dalam sampel, dimana gula tersebut memiliki sifat mampu menghidrolisis komponen lainnya. Gula pereduksi berperan dalam reaksi Maillard yaitu reaksi pencoklatan non-enzimatis. Gula pereduksi juga dapat  bereaksi dengan protein (asam amino) (Khopar, 2003).  
Gula pereduksi dalam bahan pangan dapat ditentukan konsentrasinya berdasarkan pada kemampuannya untuk mereduksi pereaksi lain. Analisis gula pereduksi dengan metode Lane-Eynon dilakukan secara volumetri dengan titrasi/titrimetri. Metode ini digunakan untuk penentuan gula pereduksi dalam bahan padat atau cair seperti laktosa, glukosa, fruktosa, maltose (Khopar, 2003).
Metode lain yaitu menggunakan metode Nelson-Somogyi, didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi tembaga sulfat oleh gula-gula pereduksi. Dalam metode ini digunakan pereaksi tembaga sulfat yanng mengandung Na2HPO4, sodium potasium tartrat, NaOH, CuSO4, Na2SO4- dan pereaksi arsenomolibdat yang mengandung amonium molibdat, H2SO4, Na2H2SO4.7H2O (Benjamin, 2000).
Perhitungan dalam metode ini adalah kandungan gula pereduksi dalam contoh ditentukan dengan menggunakan kurva standar (hubungan antara konsentrasi gula standar dengan absorbans) dan memperhitungkan pengenceran yang dilakukan. Apabila kandungan gula pereduksi diketahui, maka kandungan gula non-pereduksi dapat ditentukan sebagai selisih antara kadar total gula dengan kadar gula pereduksi.
Total gula = gula pereduksi + gula non-reduksi
Sedangkan kadar gula total adalah jumlah kadar gula pereduksi dalam sampel ditambah kadar gula non – reduksi, sehingga menghasilkan total kadar gula dalam saampel secara keseluruhan (Mizuc, 2012).
3.Bagaimana prinsip penetapan kadar pati dengan metode hidrolisis asam?
   
   Yaitu pati dihidrolisis dengan HCL menjadi glukosa, lalu dinetralkan dengan NaOH. Jumlah gula diukur absorbansi pada λ 540 nm. Adapun mekanismenya adalah komponen non pati akan hilang pada saat proses hidrolisis, kemudian ditambahkan pereaksi Nelson somogyi akan menjadi gula pereduksi menghasilkan warna merah. Selanjutnya ditambahkan Arsenomolibdat menghasilkan warna biru. Hasil yang diperoleh kemudian diukur nilai absorbansi menggunakan spektrofotometer.
   Adapun kadar pati dapat dihitung dengan mengalikan suatufaktor konversi sebesar 0.90. faktor konversi tersebut diperoleh dari perbandingan berat molekul pati dengan jumlah berat molekul gula rendah yang dihasilkan (Sudarmadji, 2010).

 








4. Bagaimana prinsip pengukuran kadar serat kasar?

    Prinsipnya yaitu pengukuran kadar serat kasar pada bahan melalui 2 tahap yaitu defatting (penghilangan lemak dengan pelarut non - polar) dan digestion (pelarutan dengan asam basa) untuk menghilangkan senyawa selain lemak (U. S. EPA, 2007).
Juga bias ditentukan dari residu setelah sampel diperlakukan dengan asam dan basa kuat, atau alkali mendidih. Biasanya terdiri dari selulosa, sedikit lignin, dan _entose. Cara menghitung kadar serat kasar dengan metode ini adalah sebagai berikut.

Kadar serat kasar (g/100 g contoh) = [(W2-W1)/W]/x100
Dimana:
W2= berat residu kertas saring yang telah dikeringkan (g)
W1 = berat kertas aring
W  = berat contoh yang dianalisis.
(Sudarmadji, 2010).
5. Apa perbedaan serat kasar dengan serat makanan?

    Serat kasar (crude fiber) adalah serat dalam pangan (karbohidrat) yang tidak dapat dicerna. Serat kasar ditentukan dari residu setelah sampel diperlakukan dengan asam dan basa kuat. Di dalam analisa penentuanserat kasar diperhitungkan banyaknya zat – zat yang tak larut dalam asam encer ataupun basa encer dengan kondisi tertentu (Sudarmadji, 2010).
Serat sangat penting dalam:
·         Penilaian kualitas pangan karena merupakan indeks dan menentukan nilai gizi pangan tersebut.
·         Dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu proses pengolahan, misalnya proses penggilingan atau proses pemisihan antara kulit dan kotiledon.
·         Presentase yang diperoleh dapat dipakai untuk menentukan kemurnian bahan atau efisiensi suatu proses (Sudarmadji, 2010).
   Sedangkan serat makanan ditentukan berdasarkan kadar acid detergent fiber (ADF) dan neutral detergent fiber (NDF). ADF terdiri sebagian besar selulosa dan lignin, dan sebagian kecil hemiselulosa dan subtansi pektat yang umunya dianggap sebagai selulosa dan lignin. NDF terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Penetapan lignin adalah dengan metode Klason sedangkan penetapan substansi pektat dengan metode spketofotometri (Teo, 2013).







A.      Diagram Alir
1.        Total Gula Metode Anthrone
Persiapan Sampel
Sampel cair
 
Sampel cair

 

Ditimbang 5.8 gr


 
Dimasukkan gelas beaker

Ditambah 80 ml aquades dan 2 gr CaCO3

Dididihkan pada penganas ± 30 menit

Didinginkan, next Diambil 5 ml sampel

Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
 

Ditambha 3 – 5 ml Pb – asetat dan Na – oxalate


 
Ditambah aquades (sampai tanda batas)
 

Disaring dengan kertas whatman no. 2


 
Didapatkan supernatant

Ditambah 1 gr Na – oxalate (mengendapkan Pb – asetat)

Disaring lagi


Hasil (filtrate)

 
 


Sampel padat
 
Sampel padat



 
Ditimbang 5.8 gr, dihancurkan dengan mortal sampai halus
 

Dimasukkan ke dalam gelas beaker

Ditambahkan aquades 80 ml dan 2 gr CaCO3

Dididihkan 30 menit, kemudian didinginkan

Diambil 5 ml, dimasukkan labu takar 100 ml

Ditambah 3 – 5 ml Pb – asetat dan Na – oxalate

Ditambah aquades (sampai tanda batas)
 

Disaring dengan kertas whatman no. 2

Didapat supernatant, ditambah 1 gr Na – oxalate (mengendapkan Pb – asetat)

Disaring lagi


Hasil (filtrate)
 
 


                                                                                                 






Pembuatan kurva standar


 



Diambil menggunakan pipet sebesar 0.2, 0.4, 0.6, 0.8, 1.0 ml
 

Dimasukkan ke dalam masing – masing tabung reaksi

Ditambah air hingga volume 1.0 ml

Ditambah 5 ml pereaksi anthrone (dengan cepat)

Ditutup rapat, next Dihomogenkan

Dimasukkan waterbath 100˚ C, 12 menit

Didinginkan dengan air mengalir

Diambil, dimasukkan ke dalam kuvet (spektrometer)

Dihitung nilai absorbansi pada  λ = 630 nm


Hasil (nilai A dihubungkan dengan nilai Cglukosa
 
 










Penetapan sampel



 

 


 
Dimasukkan tabung reaksi sebesar 1 ml

Ditambah pereaksi anthrone


 
Ditutup rapat, dan dihomogenkan hingga merata

Diwaterbath 100˚ C 12 menit
 

Didinginkan air mengalir


 
Diambil, dimasukkan ke dalam kuvet
 

Dispektrometer, dicari niali absorbansi dengan λ= 630 nm

Dicari nilai Ctotal gula (dari persamaan yang diperoleh)


 





 

 



 

 


 



2.        Kadar Pati Metode Hidrolisis Asam
Persiapan sampel        


 


Ditimbang 5 gr, kemudian dihancurkan (mortal) hingga halus

Dimasukkan erlenmeyer 250 ml

Ditambah 50 ml etanol 80 %

Diaduk menggunakan shaker selama 1 jam

Disaring dengan kertas saring

Supernatan dicuci dengan aquades (filtrat yang tersisa dibuang)
 

Residu pada kertas saring dicuci menggunakan eter 2 ml

Eter dibiarkan menguap dari residu

Dicuci lagi dengan 10 ml alkohol (etanol) 10% (membebaskan karbohidrat yang larut)


 
Residu disarinng, dimasukkan erlenmeyer dengan pencucian 200 ml aquades

Ditambah 200 ml HCL ± 25% (bj 1.125)

Ditutup dengan pendingin ballik

Dipanaskan 2.5 jam

Didinginkan, next dinetralkan dengan NaOH 45%


 
Diencerkan sampai volume 500 ml

Disaring kembali


Hasil (kadar gula dinyatakan sebagai glukosa yang diperoleh)
 
 




Analisis Gula Reduksi berdasarkan Metode Nelson Somogyi


 


Diencerkan sampai konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 mg/100 ml


 
Disiapkan 7 tabung reaksi bersih

5 tabung diisi larutan standar 1 ml

1 tabung diisi larutan blanko (aquades)1 ml

1 tabung diisi filtrate hasil persiapan sampel 1 ml

Masing – maing tabung ditambahkan 1 ml reagen Nelson somogyi

Dipanaskan sampai mendidih ± 20 menit

Didinginkan ± 25 menit

Ditambah reagen Arsenomolibdat 1 ml

Dihomogenkan hingga larut (Cu2O)

ditambah aquades 1 ml, next dihomogenkan lagi

diukur nlai absorbansi menggunakan alat spectrometer, λ= 540 nm


Hasil (nilai A dihubungkan dengan nilai Cglukosa
 
 




3.        Serat Kasar

Persiapan sampel :



 



Ditimbang 5 gr

Dimasukkan Erlenmeyer 500 ml

Ditambah 100 ml H2SO4 0.325 N

Dididihkan selama ± 30 menit

Ditambah 50 ml NaOH 1.25 N

Dididihkan lagi ± 30 menit

Disaring menggunakan kertas whatman no. 40

Kertas saring dicuci menggunakaan air panas, 25 ml H2SO4, etanol 95%

Dikeringkan dengan oven 100 – 110˚ C hingga obot konstan

Didinginkan menggunakan desikator

Ditimbang (timbangan analitik)



Hasil akhir
 
 





Analisis Serat Kasar :

 




 





 dicuci menggunakaan air panas, 25 ml H2SO4, etanol 95%

Dikeringkan dengan oven 100 – 110˚ C hingga obot konstan

Didinginkan menggunakan desikator

Ditimbang (timbangan analitik)

Dihitung % kadar serat kasar (menggunakan rumus)


 


 


Keterangan:



 




 






DAFTAR PUSTAKA

Benjamin Franklin. 2000. Official Methods of Analysis, Association of Official Analytical Chemists (AOAC). Washington DC.

Herowati, R. 2011. Analisa Karbohidrat. www.rinaherowati.files.wodpress.com. Diunduh pada 5

 April 2014 pukul 15.59 WIB.

Khopar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI – Press. Jakarta.

Lim Chai Teo M-L. 2013. Analysis of In Vitro Digestibility of Starches and Microcapsule; Evaluation of Retention and Release of Folic Acid in the Fortification of Food. Thesis. School of Applied Sciences. College of Science: RMIT University

Diunduh pada 17 April 2014 pukul 20. 12 WIB

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2010. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan

Pertanian. Liberty: Yogyakarta

U. S. EPA. 2007. Formaldehyde. TEACH Chemical Summary.












TINJAUAN BAHAN (REAGEN)
           
            Berdasarkan analisa karbohidrat yang dilakukan, dibutuhkan beberapa bahan dan reagen untuk melakukan analisa, antara lain:
a.      Metode Anthrone
·         Aquades: merupakan senyawa berbentuk cair yang digunakan dalm prose analisa sebagai pengencer
·         CaCO3 : merupakan larutan atau senyawa yang difungsikan sebagai agen pengondisian basa/ antisida bersifat basa. Pada percobaan, sampel akan dibuat kondisi basa dengan penambahan CaCO3, sehingga asam – asam dalam sampel tidak menghidrolisis agula selama proses pemanasan. Pun juga dapat berfungsi untuk menginaktivasi enzim penghidrolisis gula, dimana mencegah proses hidrolisis dan inversi, serta menetralkan pH sampel. 
·         Pb – asetat: senyawa yang berfungsi untuk mengendapkan partikel selain gula pereduksi dalam sampel, seperti protein, zat logam, maupun pigmen.
·         Na – oxalate: senyawa yang berfungsi sebagai agen untuk mengendapkan Pb – asetat dan berikatan dengan oxalate membentuk Pb – oxalate.
·         Reagen anthrone: merupakan senyawa reagen yangakan bereaksi secara spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat menghasilkan warna biru kehijauan yang khas.
·         Alcohol 80%: senyawa tidak berwarna, dan tidak berbau, digunakan sampel karbohidrat untuk melarutkan komponen gula yang akan diambil dari penetuan total gula.

(Herowati, 2011).
b.      Metode Hidrolisa Asam
·         Etanol 80%: untuk senyawa yang berfungsi melarutkan pati dan menghilangkan komponen selain pati, misalnya protein.
·         Eter: merupakan golongan senyawa yang mampu melarutkan komponen lemak dalam sampel
·         Alcohol: senyawa yang berfungsi untuk melarutkan lebih lanjut komponen karbohidrat yang terlarut, sehingga pati tertinggal residu.
·         Aquades: senyawa idak berbau dan tidak berwarna yang berfungsi sebagai pengencer, dan melarutkan komponen polar yang ada pada residu.
·         HCL encer: golongan asam kuat yang berfungsi untuk menghidrolisis pati
·         NaOH: golongan basa kuat berfungsi untuk menetralkan pH sampel.
·          Pereaksi Nelson somogyi:  sebagai reagen untuk menghitung kadar gula reduksi dengan cara mengubah CuO menjadi Cu2O (menghasilkan warna merah bata).
·         Arsenolmolibdat: reagen yang berfungsi untuk berikatan dengan Cu2O menghasilkan warna biru kehijauan yang khas.
(Herowati, 2011).

c.       Analisa Serat Kasar
·         H2SO4: senyawa asam kuat yang berfungsi untuk menghidrolisis komponen non – serat dalam sifat asam
·         NaOH: golongan basa kuat berfungsi untuk menghidrolisis komponen non – serat dalam sifat basa.
·         K2SO4: golongan garam yang berfungsi menghilangkan sisa hidrolisis garam mineral.
(Herowati, 2011).

TINJAUAN SAMPEL

·         Metode anthrone (kecap manis)
            Kecap manis merupakan salah satu produk pangan yang berbahan dasar kedelai. Yang telah mengalami proses fermentasi selama beberapa hari, dimana pada proses tersebut terjadi yang namanya reaksi enzimatis, serta perombakan komponen protein oleh bantuan mikroba jenis kapang tertentu (proses hidrolisis). Merupakan Bahan pangan hasil fermentasi kedelai oleh aspergillus sp atau Rhizopus sp yang menghasilkan produk cair berwarna hitam.Cairan hasil fermentasi bahan nabati atau hewani berprotein tinggi di dalam larutan garam, berwarna coklat tua, berbau khas, rasa asin dan dapat mempersedap rasa masakan (Herowati, 2011). Adapun komponen kecap adalah sebagi berikut.

Komponen

Lemak
1,3 gr
Protein
5,7 gr
Karbohidrat
9 gr
Kalsium
123 ml
Fosfor
96 ml
Zat besi
 5,7 gr
Energi
46 kkal
(sumber: ppt kelas D THP: food microbiology)

Berdasarkan table tersebut, maka dapat dinyatakan bahwa di dalam kecap manis mengandung karbohidrat lebih banyak dari komponen lainnya, yaitu ± 9 gr. Oleh karenanya, dalam analisa karbohidrta yang dilakukan, maka kecap manisdapat dijadikan sebagai sampel yang akan diukur total kadar gula, serat kasar, serta gula pereduki menggunakan beberapa metode yang sesuai.


·         Hidrolisa asam (singkong)

Merupakan salah satu bahan pangan dimana komponen terbesar didalamnya adalah karbohidrat. Singkong juga mengandung komponen lain seperti protein, namun dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam proses hidrolisa asam, singkong harus dihancurkan menggunakan mortal hingga halus, sehingga memudahkan proses hidrolisa (Herowati, 2011).

·         Serat kasar (nanas)

Adalah salah satu bahan pangan yang mengandung banyak komponen polisakarida, pectin . nanas yang masih muda banyak mengandung pectin. Setelah matang pectin akan berubah menjadi asam galaktopektinat, dan mengandung komponen serat kasar (Herowati, 2011). Oleh karenanya nanas digunakan sebagai sampel untuk analisa serat kasar pada percobaan kali ini.








ANALISA PROSEDUR

     I.           Metode Anthrone
Prinsip penetapan total gula dengan metode ini yaitu karbohidrat oleh H2SO4 dihidrolisis menjadi monosakarida, selanjutnya monosakarida didehidrasi menjadi HMF (furfural) yang bereaksi dengan anthrone membentuk senyawa kompleks berwarna biru kehijauan, kemudian dihitung absorbansinya pada λ 630 nm.
a.      Persiapan sampel
Berdasarkan analisa percobaan yang telah dilakukan tentang analisa karbohidrat metode anthrone pada sampel kecap manis, maka langkah  pertama yan dilakukan adalah mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, dengan tujuan pengamatan berjalan lancar dan berhasil. Adapun alat dan bahan beserta fungsinya yang diperlukan yaitu:
Ø  Kecap manis: sebagai sampel untuk dianalisa.
Ø  Timbangan analitik: alat untuk meenimbang sampel atau reagen yang digunakan dalam percobaan.
Ø  Pipet tetes: alatyang digunakan untuk mengambil sampel dari tempat aslinya, serta mengambil larutan lainnya.
Ø  Beaker glass 100 ml: sebagai tempat sampel saat dilakukan penimbangan berat awal
Ø  Labu  takar 100 ml: sebagai tempat berlangsungnya reaksi awal sampel dengan reagen yang digunakan.
Ø  Tabung reaksi: sebagai tempat larutan glukosa standar.
Ø  Waterbath: alat untuk menaikkan suhu campuran, hingga mampu mempercepat terjadinya reaksi, sekaligus untuk menghomogenkan campuran.
Ø  Spektrofotometer: alat untuk mengukur nilai absorbansi suatu larutan standar glukosedan sampel dengan konsentrasi tertentu, sehingga diperoleh suatu persamaan (y = aX + C).
Ø  Rak tabung: untuk meletakkan tabung reaksi.
Ø  Pereaksi anthrone 0.1 %: sebagai agen pereaksi yang bersifat spesifik dengan karbohidrat dalam asam sulfat pekat.
Ø  Larutan glukosa standar: sebagai larutan standar terhadap hasil kadar total gula sampel yang dihasilkan.
Ø  Pb – asetat: reagen yang berfungsi untuk mengendapkan partikel selain gula reduksi seperti protein, serta mengkat zat pengotor lain seperti logam dan pigmen yang terdapat dalam sampel.
Ø  Na – oksalat: reagen untuk mengendapkan pb – asetat dan berikatan dengan oksalat, sehingga membentuk pb – oksalat.
Ø  CaCO3: reagen yang berfungsi sebagai pengondisian pH basa pada sampel, yaitu mamu menginaktivasi enzim penghidrolisis gula, sehingga asam – asam dalam sampel tidak terjadi proseshidrolisis terhadap gula, serta mencegah terjadinya peristiwa inversi struktur gula.
Ø  Aquades: sebagai larutan pengencer
Ø  Alkohol 80 %: untuk melarutkan komponen gula yang akan diambil dari penentuan total gula dalam sampel.
Ø  Kertas saring Whatman nomor 2: menyaring sampel
Ø  Waring blender: menghancurkan sampel.
Ø  Penangas air: memanaskan sampel beserta campurannya, hingga mempercepat terjadinya reaksi, serta mampu mendestruksi senyawa – senyawa berbahaya.
Ø  Kertas lakmus: indikator pH dalam sampel (asam: merah/ basa: biru).

Langkah  selanjutnya adalah sampel dimasukkan kedalam gelas beaker, ditimbang pada timbangan analitik  sebesar ± 5.8 gram, apabila kurang atau kelebihan dimabil menggunakan pipet tetes. Kemudian sampel dipindahkan ke dalam gelas beaker 100 ml, ditambahkan 80 ml aquades untuk mengencerkan dan 2 gram CaCO3 untuk mengondisikan pH basa, serta menginaktivasi enzim penghidrolisis gula.
 Langkah berikutnya dididihkan pada penangas air selama 30 menit guna mempercepat proses reaksi. Setelah itu didinginkan agar suhunya menjadi turun. Aetelah suhunya turun, sampel diambil 5 ml menggunakan pipet ukur dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan reagen pb – asetat 5 ml dengan tujuan untuk mengendapkan partikel selain gula reduksi seperti protein, serta mengkat zat pengotor lain seperti logam dan pigmen yang terdapat dalam sampel. Selanjutnya ditambahkan algi dengan reagen  Na – oxalate 0.5 gram. Adapun tujuan penambahan Na – oxalate adalah untuk mengendapkan pb – asetat dan berikatan dengan oksalat, sehingga membentuk pb – oksalat. Erikutnya ditambahkan aquades sampai tanda batas (labu takar), kemudian disaring menggunakan kertas whatman nomor 2 (berdasarkan ukuran pori – pori kertas), hingga didapatkan supernatan.
Supernatan yang telah didapatkan ditambahkan 1 gram Na – oksalat lagi dengan tujuan untuk mengendapkan pb – asetat yang masih tersisa di dadalam sampel, dimana unsur pb akan berikatan dengan oksalat membentuk pb – oxalate. Kemudian disaring lagi, hingga didapatkan filtrat sampel kecap manis.
b.    Pembuatan larutan standar
Adapun dalam pembuatan larutan glukosa standar, maka langkah  pertama yang dilakukan yaitu mempersiapkan alat adan bahan yang diperlukan (telah dijelaskan pada halaman sebelumnya). Tabung reaksi disiapkan pada rak tabung dalam keadaan bersih. Selanjutnya, larutan standar berupa gula anhidrat dengan  masing – masing volume tertentu (0. 2, 0. 4, 0. 6, 0. 8, 1 ml) diambil menggunakaan pipet ukur, dimasukkan ke dalam  masing – masing tabung reaksi yang telah dipersiapkan, ditambah 1 tabung reaksi berisi filtrat hasil persiapan sampel, sehingga banyaknya tabung adalah 6 buah. Selanjutnya ditambahkan 1 ml air biasa ke dalam tabung, dengan tujuan untuk mengencerkan.
Setelah semua ditambahkn dengan air, maka sampel ditambah pereaksi anthrone sebesar 5 ml dengan cepat, agar pereaksi anthrone dapat bekerja secara optimal. Hal tersebut dikarenakan pereaksi anthrone bersifat sensitif, tidak  tahan lama terhadap ruang terbuka, atau dapat dikatakan sensitif terhadap kontaminan. Oleh karenanya, hasus ditutup rapat. Pun juga dilakukan penyampuran hingga merata. Setelah dirasa cukup, maka sampel 6 tabung tersebut dimasukkan ke dalam shaker waterbath dengan suhu 100˚ C selama 12 menit, dengan tujuan mempercepat  laju reaksi. Selang waktu berlangsung, maka dilakukan pendinginan pada suhu ruang dan dengan air mengalir, guna persiapan pengukuran nilai absorbansi pada spektrofotometer.
Langkah  selanjutnya yaitu dilakukan pengukuran nilai absorbansi, dimana sampel dari tabung reaksi dituangkan ke dalam  kuvet yang telah dikalibrasi menggunakan larutan blanko. Fungsi kalibrasi yaitu agar didapatkan hasil yang lebih akurat. Adapun pengukuran dilakukan pada λ 630 nm, dimana panjang gelombang tersebut berdasarkan hasil warna yang diperoleh pada pengujian anthrone sebelumnya (biru kehijauan), juga dipengaruhi oleh jenis sampel yang digunakan.  Hasil nilai absorbansi yang diperoleh larutan gula anhidrat kemudian akan menghasilkan suatu persamaan, dimana akan digunakan untuk mencari konsentrasi total gula yang dihasilkan oleh samel kecap manis. Adapun perhitungan hasil akan dibahas pada bagian pembahasan berikutnya.

     I.          Metode Hidrolisis Asam (Nelson Somogy)
Metode ini digunakan untuk menetapkan kadar pati dalm bahan pangan yang diketahui hanya mengandung dekstrin dan pati. Prinsipnya yaitu pati dihidrolisis dengan HCL menjadi glukosa, lalu dinetralkan dengan NaOH. Jumlah gula diukur absorbansi pada λ 540 nm. Mekanismenya yaitu, karena ada penambahan senyawa – senyawa tertentu, maka non – pati hilang ditambah Nelson somogyi menjadi gula pereduksi berwarna merah.  Ditambah asenomolibdat berubah biru.
Adapun langkah awal dalam melakukan analisa karbohidrat menggunakan metode hidrolisis asam adalah, pertama – tama sampel berupa singkong ditimbang ± 5 gram pada timbangan analitik. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui berat awal sampel, sehingga dapat membandingkan dengan hasil akhir. Selanjutnya, samel dihancurkan menggunakan blender dengan tujuan, memperkecil ukuran sampel, memperluas permukaan, sehingga mempercepat reaksi hidrolisa. Setelah halus, sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml, ditambah 50 ml 80% guna melarutkan pati dalam sampel, dan menghilangkan komponen selain pati dengan cara mereduksinya.
Langkah selanjutnya, campuran yang dihasilkan diaduk menggunakan alat shaker selama 1 jam, hingga campuran benar – benar homogen. Setelah 1 jam berlangsung, campuran sampel disaring menggunakan kertas saring hingga didapatkan filtrate (cairan) yang tersisa dalam wadah, dan residu pada kertas saring. Filtrate yang diperoleh dianggap sebagai limbah, sehingga dibuang, sedangkan residu kertas saring dicuci menggunakan etil eter sebanyak 2 ml.  penggunaan etil eter dalam hal ini berfungsi sebagai pelarut non polar, melarutkan lemak dalam sampel, sehingga tidak mengganggu reaksi hidrolisa (mencegah lemak berikatan dengan pati membentuk glikolipida. Etil eter dibiarkan menguap selama beberapa menit dari residu. Kemudian dicuci lagi menggunakan 10 ml alcohol 10 % guna melarutkan lebih lanjut karbohidrat yang masih dapat larut oleh pelarut polar, sehingga pati yang masih tertinggal dianggap sebagai residu.
Langkah berikutnya adalah, residu yang telah didapatkan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian dicuci dengan menambahkan aquades sebanyak 200 ml dan ditambah 20 ml HCL konsentrasi 25 % . Adapun fungsi penambahan aquades yaitu:
o   sebagai pengencer
o   melarutkan komponen polar yang ada di dalam residu
Sementara fungsi penambahan HCL 20 ml adalah untuk menghidrolisis pati yang ada di dalam residu. Selanjutnya, hasil residu ditutup dengan pendingin balik (kondensor) dengan tujuan untuk mendapatkan residu yang lebih mendekati murni.Setelah itu, dipanaskan pada penganas air selama 2. 5 jam, guna mempercepat reaksi yang terjadi. kemudian, didinginkan lagi untuk menurunkan suhu residu.sebelum ditambah larutan NaOH, maka perlu diuji Ph menggunakan kertas lakmus, sehingga dapat diketahui apakah bersifat asam maupun basa. Apabila bersifat basa, maka sampel yang diteteskan pada kertas lakmus akan mampu merubahnya menjadi warna biru, sedangkan apabila enderung ersifat basa, maka mampu merubah kertas lakmus menjadi warna merah.
     Karena sampel residu lebih cenderung bersiat asam (bisa diketahui dari struktur karbohidrat, dan  kebanyakan bahan pangan adalah bersifat asam, maka perlu ditambahkan larutan NaOH 45 % untuk menetralkan pH menjadi cenderung basa. Pun dilakukan penambahan tersebut agar pereaksi Nelson somogyi bias bekerja secara optimal. Kemudian di uji menggunakan kertas lakmus, untuk memastikan pH benar – benar asam.
Langkah selanjutnya dilakukan pengencenceran dengan aquades hingga zolume mencapai 500 ml. langkah terakhir yaitu campuran sampel disaring menggunakan kertas saring whatman hingga didapatkan filtrate. Hasil filtrate kemudian diukur menggunakan spektrofotometer, hingga didapatkan nilai absorbansi. Hasil nilai absorbansi bias menentukan konsentrasi sampel yang dianalisa dari persamaan yang diperoleh. Kadar gula dinyatakan sebagai glukosa dari filtrate yang diperoleh. Glukosa ditentukan seperti pada penentuan gula reduksi. Kadar pati merupakan 0.9X kadar glukosa.

                            II.            Metode Serat Kasar
Serat kasar merupakan residu dari bahan makanan atau produk pertanian setelah diberi perlakuan asam dan alkali mendidih, yang terdiri dari selulosa dan sedikit lignin dan pentosan. Prinsip analisa adalah dengan mengukur serat pada bahan atau sampel melalui 2 tahap, yaitu defatting (penghilangan lemak dengan pelarut polar) dan digestion (pelarutan dengan asam basa) untuk menghilangkan senyawa selain lemak.
Analisa prosedur yang pertama yaitu persiapan bahan dan alat. Adapun alat dan bahanya adalah:
·         Nanas: sebagai sampel utama yang akan dianalisis.
·         H2SO4 0. 325 N: larutan asam pekat berfungsi menghidrolisis omponen non serat dalam sifat asam.
·         Kertas saring whatman: menyaring sampel dan campurannya
·         Aquades: pengeceran
·         NaOH 1. 25 N: larutan basa, berfungsi menghidrolisis komponen non serat dalam sifat basa.
·         Etanol 95 %: menghilangkan senyawa hasil hidrolisa yang berupa gula.
·         K2SO4: menghilangkan sisa hidrolisa garam mineral.
·         Timbangan analitik: alat untuk meenimbang sampel atau reagen yang digunakan dalam percobaan
·         Erlenmeyer 500 ml: sebagai tempat sampel dan campurannya
·         Penangas air: memanaskan sampel dan campurannya, sehingga suhu naik ( mempercepat reaksi).
·         Desikator: alat untuk menguapkan kadar air dalam sampel, serta menurunkan suhu sampel.
·         Oven: mengeringkan, menguapkan kadar air dalam sampel.

Langkah berikutnya, sampel nanas ditimbang pada timbangan analitik sebanyak 5 gram untuk mengetahui berat awal. Kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 500 ml, ditambahkan 100 ml H2SO4 0. 325 N guna berfungsi menghidrolisis omponen non serat dalam sifat asam, dan dididihkan selama kurang lebih 30 menit untuk mempercepat reaksi. Setelah itu dalam keadaan panas ditambah lagi dengan 50 ml NaOH 1. 25 N guna menghidrolisis komponen non serat dalam sifat basa, kemudian dididihkan lagi hingga 30 menit. Selang waktu tersebut, sampel dalam keadaan panas disaring menggunakan kertas saring whatman Nomor 40 (berdasarkan ukuran pori – pori) setelah diketahui bobot keringnya. Kertas saring yang digunakan dicuci berturut – turut dengan air panas, 25 ml H2SO4, serta etanol 95 %. H2SO4 berfungsi menghidrolisis omponen non serat dalam sifat asam, sedangkan etanol 95 % menghilangkan senyawa hasil hidrolisa yang berupa gula.

Langkah berikutnya, kertas saring dikeringkan di dalam oven dengan suhu ± 96˚ C sampai bobot konstan. Kemudian kerta saring diangkat dari oven, didinginkan dalam desikator, dan terakhir dilakukan penimbangan berat akhir. Langkah terakhir dilakukan perhitungan kadarserat kasar dengan rumus:


 








HASIL DAN PEMBAHASAN


        i.            Total Gula Metode Anthrone

Table larutan gula anhidrat:
No.
Volume Larutan Standar
Konsentrasi
Absorbansi
1.
0 (blanko)
0
0.186
2.
Larutan gula anhidrat
0.2
0.491
3.
Larutan gula anhidrat
0.4
1.073
4.
Larutan gula anhidrat
0.6
1.999
5.
Larutan gula anhidrat
0.8
1.568
6.
Larutan gula anhidrat
1
1.999
7.
Sampel ketchup
0.914
1.999

Maka, diperoleh kurva sebagai berikut.

Perhitungan total gula sampel:


Persamaan Linear: y = 1.888X + 0.274
1.999  = 1.888X + 0.274
1.999 – 0.274 = 1.888X
X = 0.914 mg/ml à total gula



            Berdasarkan data perhitungan total gula sampel kecap metode Anthrone menunjukkan bahwa dengan berat awal sampel sebesar 5.8 gram menghasilkan konsentrasi gula sebanyak 0. 914 mg/ml, sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3543-1994), kecap manis kandungan gulanya berkisar  26-61 %.  Hal tersebut menyatakan bahwa dalam sampel kecap total gula yang dihasilkan pada proses analisis cukup rendah.
Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian hasil analisis tidak sesuai dengan literatur. Faktor- factor penyebab kesalahan tersebut sangat beragam, diantaranya:
Ø  penghilangan senyawa pengganggu yang tidak sempurna
Ø  proses penyaringan yang tidak sempurna
Ø  jenis dan sifat bahan
Ø  kestabilan alat
Ø  suhu dan lama pemanasan
Ø  pereaksi yang digunakan dalam analisa
Ø  metode yang digunakan
Ø  serta keakuratan dalam penghitungan (human eror).

Question:
a.    Apa fungsi penambahan CaCO3 pada persiapan sampel padat dan cair?
Answer:
Penambahan CaCO3  pada persiapan sampel padat dan cair Berfungsi untuk:
·         mengondisikan pH sampel agar bersifat basa, sehingga asam – asam dalam sampel tidak menghidrolisis gula selama proses pemanasan.
·         menginaktivasi enzim penghidrolisis gula
·         mencegah proses inversi
·         penetral pH sampel, agar reagen anthrone dapat bekerja secara efekif.

b.    Apa fungsi penambahan Pb-asetat pada persiapan sampel cair?
Answer:
Berfungsi mengendapkan partikel selain gula reduksi seperti protein, serta mengikat zat pengotor seperti logam dan pigmen.

c.    Apa fungsi alkohol 80% pada persiapan sampel padat?
Answer:
Penggunaan alkohol 80% pada persiapan sampel padat berfungsi untuk melarutkan komponen gula yang akan diambil dari penentuan total gula.

d.   Apakah glukosa dari pati terdeteksi pada analisis total gula dengan metode Anthrone?
Answer:
Iya, karena pati (karbohidrat) setelah dipisahkan dari zat pengotor dan komponen lain, filtrat karbohidrat tersebut kemudian ditambahkan asam sulfat yang akan menghidrolisis karbohidrat/pati menjadi glukosa (monosakarida), kemudian mengalami dehidrasi oleh asam sulfat oleh asam sulfat menjadi furfural (HMF). Selanjutnya senyawa furfural tersebut dengan reagen anthrone membentuk senyawa kompleks berwarna biru kehijauan yang kemudian dibaca absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm, sehingga glukosa pada pati dapat terdeteksi.

      ii.            Pati Metode Hidrolisis Asam (metode Nelson Somogy)

Nama sampel
Konsentrasi (C)
Absorbansi (A)
Larutan standar
0 mg/ml
0.062
Larutan standar
2 mg/ml
0.167
Larutan standar
4 mg/ml
0.274
Larutan standar
6 mg/ml
0.437
Larutan standar
8 mg/ml
0.462
Larutan standar
10 mg/ml
0.512
Filtrat singkong
40.76 mg/ml
1.999


Maka, diperoleh kurva sebagai berikut.
y = 0.047X + 0.083

 
Sehingga didapat persamaan:


Berat pati = berat gula x 0.9
          = 40.76 x 0.9
              = 36.684 mg/ml
 
Maka, konsentrasi filtrat sampel singkong:
        y = 0.047X + 0.083                                 sehingga:
1.999      = 0.047X + 0.083
X = 40.76 mg/ml à gula pereduksi

Berdasarkan hasil tersebut, kadar pati pada singkong diperoleh  kandungan gula pereduksinya 40,76 mg/ml, sehingga berat pati yang dperoleh sebesar 36,684 mg/ml. Berdasarkan literatur, kandungan pati per 100 gr singkong adalah sebesar 35,3% ( Widiastoety dan Purbadi, 2005). Artinya bahwa hasil analisa yang telah dilakukan tidak berbeda nyata dengan literature yang ada, sehingga disimpulkan bahwa hasil analisa telah sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, serta sesuai dengan literature.
Question:
a.       Mengapa pada analisa pati dengan metode hidrolisis asam dillakukan proses penghilangan lemak?
Answer:
            Karena lemak dapat mengganggu proses hidrolisis, dimana lemak akan berikatan dengan pati membentuk senyawa glikolipida, sehingga menyebabkan glukosa tidak dapat diukur dengan metode hidrolisis asam (Kesalahan negatif).

  1. Apakah serat larut air terdeteksi sebagai pati?
     Answer:
Tidak, karena serat larut air termasuk golongan oligosakarida, dimana oligosakarida tersebut bersifat larut etanol, sehingga tidak termasuk fraksi  yang terhidrolisis dengan asam untuk penentuan kadar pati, akibatnya serat larut air tidak  terdeteksi.

  1. Bagaimana pengaruh gelatinisasi pati terhadap hasil analisis kadar pati?
Answer:
Gelatinisasi merupakan proses terserapnya air ke dalam granula struktur pati membentuk gel, menyebabkan kadar pati meningkat, sehingga proses gelatinisasi dapat meningkatkan kadar pati dalam sampel yang dianalisis. Oleh karena itu, proses terjadinya gelatinisasi berpengaruh pada hasilkadar pati, dan harus dilakukan suatu pencegahan agar mampu mengurangi terjadinya gelatinisasi tersebut.

  1. Mengapa berat pati dihitung sebagai 0.9 X berat gula, bukan 1.0 X berat gula?
Answer:
Karena 0.9 merupakan faktor konversi, dimana diperoleh dari perbandingan berat molekul pati dengan berat molekul gula reduksi yang dihasilkan, dimana perhitungan awal yaitu:
(180- 18)/180= 0,9
180  merupakan berat molekul karbohidrat, sedangkan 18 adalah berat molekul air. Disini karbohidrat dihidrolisis oleh air (aquades), sehingga untuk mendapatkan faktor konversi pati, BM karbohidrat harus dikurangi BM air dan dibagi lagi 180.

  iii.            Analisa Serat Kasar

Diketahui:
Ø  Berat kertas = 1.6277 gram
Ø  Berat sampel nanas = 5.0588 gram
Ø  Berat endapan kering + berat kertas = 3.1181 gram
Ø  Berat akhir = (berat endapan kering + berat kertas) – berat kertas = 3. 1181 gram – 1.6227 gram = 1.4954 gram
Maka:
Kadar serat kasar = 1. 4954 gram   x 100 % = 29.56 %
 5. 0588 gram

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, disimpulkan bahwasampel nanas dengan berat awal ± 5 gram dan telah melalui tahapan proses analisa, maka mendapatkan kadar serat kasar sebesar 29.56 %. Artinya bahwa nanas mengandung serat kasar yang cukup besar. Sementara berdasarkan literature (Herowati, 2011), dalam penelitiannya menerangkan bahwa pada bahan nanas hanya mengandung kisaran 0. 33 % serat kasar. Namun dalam hal ini pun harus diperhatikan yang pertama adalah umur nanas, apakah tua atau muda. Sementara itu, factor perlakuan pengenceran, proses analisa secara benar, serta humen eror sangat mempengaruhi tingkat ketidakakuratan data yang diperoleh. Factor lain yang berpengaruh seperti:
Ø Jenis dan sifat bahan
Ø Suhu dan lama penyaringan
Ø Reagen yang digunakan, dan lain sebagainya.

Question:
  1. Apakah prinsip analisa serat kasar sama dengan kadar air?
Answer:
Ya, hampir sama, dimana pada analisa kadar air dan serat kasar sama-sama dikeringkan menggunakan oven kering. Berat yang hilang setelah pengeringan dianggap sebagai kadar air bahan, sedangkan pada analisa serat kasar, berat sampel akhir setelah dikeringkan dianggap sebagai berat serat kasarnya. .

  1. Apa fungsi alkali dan asam kuat yang digunakan pada analisis serat kasar?
Answer:
Alkali dalam analisa serat kasar yaitu NaOH berfungsi untuk menghidrolisis komponen non serat dalam sifat basa, sehigga senyawa – senyawa pengotor mampu terhidrolisis.

  1. Apakah polisakarida larut air seperti gum arab, gum tragacanth, dan locust bean gum terukur sebagai serat kasar?
Answer:
Tidak, karena gum arab, gum tragaanth, dan locust bean gum merupakan serat pangan yang dapat larut dalam asam, basa dan air. Sedangkan serat kasar merupakan serat pangan yanng tidak dapat larut dalam asam, basa, dan ai, sehingga pada penetapan serat kasar gum tersebut akan larut dalam asam , basa, dan tidak terukur sebagai serat kasar.

d.      Bagaimana cara menganalisis serat larut air?
Answer:
Yaitu dengan cara menganalisa kadar serat total terlebih dahulu:
Ø  Sampel dihidrolisis dengan dengan menggunakan enzim – enzim perceraan .
Ø  Dilakukan penyaringan , dicuci dengan aseton dan etanol berguna menghilangkan lemak dan gula
Ø  Dilakukan pengeringan residu, dari pengeringan ini merupakan serat makanan .
Ø  Sisa ditimbang.
Ø  Dianalisa serat kasarnya denngan menggunakan deterjen , setelah serat kasar didapat dilakukan perhitungan . kemudian untuk mengetahui  beberapa serat larutan yang dimiliki dilakukan perhitungan.
Serat kasar = serat kasar + serat larut air
sehingga didapattkan :
Serat larut air: serat makanan  - serat kasar.


Penentuan panjang gelombang pada metode anthrone dan hidrolisis asam
Metode Anthrone
Glukosa  yang  bereaksi  dengan  reagen anthrone  menghasilkan  warna  hijau.  Produk reaksi  ini  dapat  diukur  pada  panjang  gelombang yang  berbeda.  Spektra  absorbansi  diukur  pada rentang panjang gelombang yang cukup besar dari 500  sampai  800  nm  (Leyva,  2007).    Penentuan panjang gelombang maksimum pada penelitian ini dilakukan  dengan  mengukur  absorbansi  larutan standar  glukosa  dengan  pereaksi  anthrone. Rentang  panjang  gelombang  yang  digunakan adalah  antara  610-700  nm  dengan  interpanjang  gelombang  5  nm.  Penentuan  panjang gelombang  maksimum  dalam  penelitian  ini dilakukan  pada  rentang  610 penelitian  sebelumnya  oleh  Komalawati  (2004), dimana absorbansi larutan standar glukosa dengan pereaksi  anthrone  yang  berwarna pada rentang panjang gelombang tersebut.
            Gambar tersebut menunjukkan absorbansi dimana terjadi serapan maksimum (puncak tertinggi) yang terdapat  pada  panjang  gelombang  630  nm. Panjang  gelombang  maksimum  ini  akan digunakan sebagai dasar pengukuran selanjutnya.

Metode Hidrolisis Asam
Kurva  standar  dibuat  dengan  mengukur  absorbans  larutan  glukosa  standar  pada  panjang gelombang maksimum. Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan mengukur serapan larutan  standar  60  ppm  pada  panjang  gelombang    500    800  nm. Larutan  glukosa  standar dibuat  dengan  cara  melarutkan  110  mg  glukosa  monohidrat  dalam  100  ml  aquadest, selanjutnya  dari    larutan  tersebut  diencerkan  sehingga  diperoleh  larutan  glukosa  dengan konsentrasi  ;  10,  20,  30,  40,  50,  60,  70,  80,  90  dan  100  ppm. Masing-masing  konsentrasi larutan  diambil  sebanyak  1  ml  dan  dimasukkan    ke  dalam  tabung  reaksi,  selanjutnya ditambahkan 1 ml pereaksi Nelson.
Selanjutnya semua tabung dipanaskan pada penangas air mendidih selama 20 menit. Tabung didinginkan bersama-sama dalam gelas piala yang berisi air  dingin,  setelah  dingin  ditambahkan  1 ml  pereaksi  Arsenomolybdat,  campuran  dikocok sampai  semua  endapan  Cu2O  yang  ada  larut  kembali.  Setelah  larut  ditambahkan  7  ml aquadest,  selanjutnya  absorbans  masing-masing  larutan  diukur  pada  panjang  gelombang maksimum.  Untuk  blanko  digunakan  aquadest  1  ml  dengan  perlakuan  yang  sama  pada persiapan larutan glukosa standar.














KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil analisa karbohdrat yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
o  Analisa metode anthrone bertujuan untuk menentukan total kandungan gula pada sampel.
o  Prinsipnya yaitu karbohidrat oleh asam sulfat dihidrolisis menjadi monosakarida kemudian  Didehidrasi menjadi furfural atau hidroksil metil furfural bereaksi dengan anthrone (9, 10 dihidro-9-oxoanthracene) membentuk kompleks berwarna biru, kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 530 nm
o  Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil total gula pada sampel kecap sebanyak  0,914 mg/ml.
o  Analisa metode hidrolisa asam menentukan kadar pati yang terkandung dalam sampel.
o  Prinsipnya pati dihidrolisis dengan HCl menjadi glukosa, kemudian dinetralkan dengan NaOH. Jumlah gula pereduksi dihitung absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm.
o  Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh  hasil bahwa kandungan gula pereduksi singkong 40,76 mg/ml, sehingga berat pati yang diperoleh sebesar 36,684 mg/ml.
o  Analisis Serat Kasar menentukan kadar serat kasar yang biasanya berupa lignin dan selulosa pada sampel.
o   Prinsipnya yaitu mengukur serat pada bahan melalui tahap defatting dan digestion.
o   Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa kadar serat kasar pada sampel nanas adalah  29,56%.







TAMBAHAN DAFTAR PUSTAKA

Komalawati . 2004. Analisa Karbohidrat pada Produk  Pangan Metode Anthrone.
http://www.komalawatithp04.blogspot.com diunduh pada 25 april 2014. Pukul 17. 01 WIB.

Leyva. 2007. Analisa Karbohidrat. http://leyva’sblog.blogspot.com. Diunduh pada 25 april 2014.
Pukul 16. 28 WIB.

Widiastoety dan Purbadi. 2005. Teknologi Pengolahan dan Analisa Pengolahan Pangan. UI –
Press. Jakarta.












































yatikaist.foodscientist.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar